hi….^^just wanna say..

•May 27, 2009 • Leave a Comment

hello…ok..it’s very long time to me didn’t post in my blog…

actually,i’m still confused with it…
i must teach again!!!
but…

now..u can see a different think in here..

i think..i want to try post my blog with english now..yeah..somebody in phil -my friend-..link my blog…and..,u-know..that’s make me use english…
and of course…,if i still use Indonesian..i’m sure they are can’t understand what i say…

and..i wanna talk with you..,that i make this blog just for my subject school…

firstly,i’m very lazy to editing my blog day by day…yeah..it’s not real thing..i don’t know..what i must post in here…i’m confused!!!

but,now..i want to try to editing my blog atleast i can do…

just wanna be real thing…

SHINee 2nd mini album ROMEO

•May 27, 2009 • Leave a Comment

Well, SHINee was rilis their new mini album…ROMEO….

Yeah…new album…new style (as their hair, NOSE!!!! Oh,noo..MINHO…) their music, of course…
I’m just upload their album…so, I can’t get feel….

***listening album SHINee….ehmm..ehm…***

there is a 6 track…

1).Talk to you, umm….i give u ***
2). Juliette, I wanna dance…….

3). Hit me baby, mellow….but not slow….nice!
4). Senorita, minho rap..for opening this song…yeah..minho..minho…u know,at facts this song….i just read from another web that…a part rap Minho was make by Yoochun TVXQ…wow…a feel TVXQ , I think…i like this song.
5). Please don’t go, slow…if u get insomnia at this night…u can hear this song…sleepy faster…
6). Romeo + Juliette, u can dance in ur place…pitching ur head..

Hve u hear their song…so nice…!

BoA unnie…I did It for Love MV!!

•April 26, 2009 • Leave a Comment

hump…
setelah beberapa waktu lalu, aku ngepost tentang new single unnie…”I did it for love”
kali ini,unnie tercinta telah merilis MV I Did It For Love-nya..

pas pertama nonton,berasa ada aura Umbrella-rihanna gitu…pake tongkat,sama hujan-hujanan gitu..tapi,tetep lah..unnie always cantik cing!

bener-bener deh..si Unnie niat mo go internasional mantab banget!

makin cinta deh…

single i did it for love ini, single kedua yang setelah eat you Up yang juga dirilis MV’y.

anyway..aku suka ma ni MV!

Already new album from Lee Jun Ki..

•April 19, 2009 • Leave a Comment

hopeless gw, pas pertama liat…hiyaaaahhh…oppa nge-dance! machouuu….wkwkwk…

gk sabar pengen denger seluruh track yang ada di album baru’y tu..hhh..spalss

New single…from BoA!!!

•February 28, 2009 • Leave a Comment

BoA Luncurkan Single Kedua

Menyusul peluncuran single berjudul Eat You Up(pernah dibahas dikit di postingan ku sebelumnya, nih..) pada bulan Oktober tahun lalu, BoA kini bersiap meluncurkan single kedua yang berjudul I Did It For Love. Kedua lagu ini diambil dari album pertama berbahasa Inggris BoA yang baru akan dirilis 17 Maret nanti.

Dalam single I Did It For Love yang diambil dari kantung album berjudul BoA ini, penyanyi yang terlahir dengan nama Boa Kwon ini akan berduet bersama Sean Garrett yang juga adalah penulis sekaligus produser dari single ini.

Bukan cuma itu, BoA juga sudah mempersiapkan video klip dari lagu ini yang pengambilan gambarnya dilakukan di Los Angeles sekitar awal Februari ini. Tak tanggung-tanggung, penyutradaraan klip ini dipercayakan pada Joseph Khan yang juga sempat menggarap video klip Pussycat Dolls, Britney Spears dan U2.

Tohoshinki “survivor”single

•February 25, 2009 • Leave a Comment

kali ini aku mo ngomongin musik ni….

setelah sebelumnya sibuk ngurus budaya-budaya mulu…

kabar ini, aku datangin langsung dari beberapa situs langganannku…
maksudnya, situs yang selalu nge-update semua berita bout oppa…

nah, setelah sukses dengan album korea ke-4 dong bang shing ki bakal merilis album jepang ke-4….nah, single pertama mereka yang berjudul “survivor” bakal rilis tanggal 11 maret nanti…

dan kabar yang lebih menghebohkan adalah pada hari yang sama boyband jepang KATTUN juga merilis single terbaru mereka…

bakal saingan berat nih, secara…tahun-tahun yang lalu chart oricon tetap di dominasi sama anak J-entertainment…sebut aja Arashi yang tahun 2008 kemarin single mereka yang berjudul TRUTH berada di posisi puncak, begitu juga posisi ke dua…
dan, dalam 100 chart ada sedikitnya 4-5 group band dari om Jhonny yang masuk chart akhir tahun Jepang…pasti tau semua buat kalian yang cinta musik-musik Jepang…kayak NEWS, KATTUN, sama anak didik yang paling ingusan Hey! Say! JUMP….

ooppppssss. ko malah ngebahas on jhonny si…

mo ngebahas new single nya oppa tohoshinki yang foto-foto mereka aku pajang di custom atas..hehe….

menurutku musik ber-genre rhythm kali ini bener-bener kelen bangggggggeeetttttttt….pa lagi di tambah suara oppa Junsu sama Minnie yang emang punya karakter kuat…..

sayang aku belum nemu mp3 nya…jadi nya nggak bisa denger di hp deh….
tapi, bukan cassiopeia namanya kalo nggak sabar nunggu oppa-oppa beraksi…
nyahahaha….

Budaya Baca Masyarakat Jepang part II

•February 20, 2009 • Leave a Comment

nah, buat kalian yang _sempat_ atau telah membaca artikel yang saia tuangkan pada beberapa hari yang lalu…

ada kabar gembira!!!ternyata artikel tersebut masih berlanjut, nah…untuk khususnya saya masukan dalam content tersayang…
Dan, saya jadi tau sendiri betapa GILA-nya orang Jepang akan membaca…

Rata-rata orang Jepang gemar membaca, atau paling tidak, gemar mencari informasi “yang tampak remeh sekalipun” dari orang lain. Akhir-akhir ini di salah satu stasiun televisi swasta ada acara yang disebut “hon ya no sekiguchi” yang biasanya dimanfaatkan oleh penerbit untuk mempromosikan buku2 terbaru mereka. Pada acara ini bintang tamu (artis, pelawak, olahragawan, dll) disuruh mempresentasikan isi suatu buku, sedangkan artis lain yang hadir di minta untuk membeli berdasarkan kesan mereka terhadap presentasi tadi dari uang saku mereka. Penonton dapat melihat visualisai referensi buku tersebut melalui layar TV dan bila tertarik dapat memesannya melalui internet atau telpon, mirip “TV Shopping” tapi yang dipasarkan adalah buku. Hal ini membantu penggemar buku yang tidak memiliki waktu luang untuk berkunjung atau berlama-lama di toko buku.

Ketika kita masuk ke sebuah toko buku, biasanya ada beberapa hal has yang kita jumpai. Pertama, biasanya buku-buku bacaan di Jepang, seperti novel, kumpulan essai, ataupun ilmiah populer dikemas dalam ukuran saku sehingga sangat mobile. Kita juga akan menjumpai pemandangan yang jarang kita temui di tanah air dimana orang-orang sangat menikmati buku (termasuk majalah maupun komik) baik di taman, halte bis, di dalam bis kota ataupun kereta. Kedua, kita akan sangat sulit mendapatkan buku-buku berbahasa Inggris di toko-toko buku umum. Hal ini dikarena, buku-buku hasil karya penulis asing akan langsung diterjemahkan oleh penerbit jepang ke dalam bahasa mereka, sehingga banyak kasus buku best seller yang diterbitkan di negara lain diterbitkan pula terjemahannya di Jepang dalam waktu yang hampir berbarengan. Ini adalah suatu karunia tersendiri bagi masyarakat Jepang khususnya penggemar buku yang bisa menikmati karya-karaya penulis dunia dalam bahasa mereka sendiri sperti halnya masyarakat Eropa, Amerika yang menggunakan “eigo kei” (bahasa keseharian bahasa inggris), “harry potter” misalnya. buku-buku terjemahan seperti ini sangat mendukung pemahaman masyarakat jepang terhadap perkembangan dunia. Sedangkan buku-buku yang berbahasa Inggris biasanya hanya bisa kita temui di toko-toko buku besar (biasanya di daerah perkotaan) yang memang menyediakan buku-b uku impor atau kita dapat memesannya melalui internet (sistem penjualan “internet shopping” sudah sangat maju dan banyak digunakan masyarakat, selain harganya yang lebih murah ketimbang harga pasaran di toko, juga buku-bukunya sangat variatif)

Kebiasaan Menulis Sejak Kecil

Budaya baca masyarakat Jepang yang tinggi ini tentu saja merupakan efek timbal balik dari tingginya budaya tulis mereka. Budaya tulis
Jepang sudah ditekankan sejak mereka sekolah dasar. Anak-anak SD biasaya selalu mempunyai tugas “sakubun” (mengarang) dalam waktu-waktu tertentu. Misalnya, tentang liburan musim panas, musim dingin, dll selalu ada tugas sakubun tentang apa yang mereka kerjakan, rasakan, dan alami selama liburan.

Saya teringat email dari sensei tgl 23 September lalu yang menginformasikan bahwa presentasi pertama untuk zemi (bimbingan tesis) adalah tentang kegiatan selama liburan musim panas. Kebiasaan lain yang baru pertama saya alami adalah bahwa setiap awal kuliah kita akan diberi lembaran kertas kecil untuk di isi nama dan nomor mahasiswa, kemudian 5 menit sebelum selesai perkuliahan kita diminta menulis kansho yang dapat berupa kesan, pendapat, ataupun pertanyaan seputar mata kuliah yang sedang kita ikuti tadi. Untuk pertama kalinya, saya bingung, apa yang mau saya tulis, akhirnya saya tulis “raishu mo yoroshiku onegaiitashimasu”.

Selain itu, murid-murid SD diberi tugas untuk membuat sakubun pada hari-hari tertentu, seperti hari bapak, hari ibu, dll dimana mereka disuruh bercerita kesan mereka terhadap bapak/ibu masing-masing dalam bentuk sakubun yang kemudian mereka presentasikan satu persatu di depan kelas. Dan yang sangat menarik adalah, ketika mereka akan lulus SD, mereka ditugaskan untuk mengarang tentang impian (cita-cita) mereka ketika kelak dewasa. Tulisan mereka itu akan di dokumentasikan secara rapi dan terawat oleh pihak sekolah sehingga bila kelak mereka dewasa dapat bernostalgia kembali dengan kenangan masa kecil mereka.

Hal demikian dialami juga oleh “Ichiro” dan “Matsui” pemain baseball Jepang yang merumput di Amerika. “… saya ingin menjadi pemain yakyu dunia. untuk itu saya berlatih sejak umur 5 tahun. Setiap hari saya akan bermain yakyu selama 3 jam. Setelah masuk SMP saya akan mulai ikut kompetisi yakyu tingkat SMP. Di saat SMA saya akan memperbanyak latihan menjadi 5 jam perhari dan aktif dalam setiap kompetisi. Dengan latihan seperti itu, setelah lulus SMA saya yakin b isa bisa masuk “club yakyu pro”….”. Kira-kira seperti ini terjemahan bebas tulisan “Ichiro” yang pernah saya baca, yang dia tulis saat kelas 6 SD menjelang lulusan.

Maka tak heran, jika rata-rata anak Jepang pandai mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan lewat rangkaian kata-kata. Ditambah lagi, karena bahasa Jepang adalah bahasa yang dibangun dari karakter gambar (kanji) dan bukan romaji, sehingga sarat dengan nuansa dan ungkapan yang ekspresif untuk bahasa sastra.

Friday, February 20th 2009.

•February 20, 2009 • Leave a Comment

Hummm…..awalny iseng-iseng aja nyari artikel buat bahan referensi, tapi sekali-sekali di search malah nemu artikel yang_menurut saia_bagus banget!!!

Nyahaha… seneng deh kalo dah ngomongin Jepang. Sekalipun yahh…semua duni tau gimana sejarah Indonesia dengan Jepang….
ya sutra la…masa lalu gitou lhou….^^

nah, berhubung Indonesia itu _mantan_ jajahannya Jepang, halah! males nih nyebutnya (seakan-akan Indonesia itu buruk ajjah) I like Jepang, but I LOVE Indonesia!!!!! wakakakakak…..
ah, di mana tadi? oh, iya iya….intinya gini pastinya kan masih ada tu sisa-sisa dari -suijap-(pa Said, maaf saia ngambil trade mark bapa) entah dari bahasa, budaya atau tingkah perilaku masyarakatnya.

hummmm…,bener nggak ya…
coba deh, baca artikel di bawah…

Perbandingan Budaya Indonesia dengan Jepang
1. Apakah perbandingan budaya itu ?

Budaya adalah kristalisasi nilai dan pola hidup yang dianut suatu komunitas. Budaya tiap komunitas tumbuh dan berkembang secara unik, karena perbedaan pola hidup komunitas itu. Perbandingan budaya Jepang dan Indonesia berarti mencari nilai-nilai kesamaan dan perbedaan antara bangsa Indonesia dan bangsa Jepang. Dengan mengenali persamaan dan perbedaan kedua budaya itu, kita akan semakin dapat memahami keanekaragaman pola hidup yang ada, yang akan bermanfaat saat berkomunikasi dan berinteraksi dengan pihak yang berasal dari budaya yang berbeda.

Kesulitan utama dalam membuat perbandingan budaya antara Indonesia dan Jepang disebabkan perbedaan karakteristik kedua bangsa tersebut. Bangsa Jepang relatif homogen, dan hanya memiliki sekitar 15 bahasa (tidak berarti 15 suku bangsa, karena termasuk didalamnya sign language untuk tuna rungu), dan telah memiliki sejarah yang jauh lebih panjang, sehingga nilai-nilai budaya itu lebih mengkristal. Adapun bangsa Indonesia berciri heterogen, multi etnik, memiliki lebih dari 700 bahasa, sehingga tidak mudah untuk mencari serpih-serpih budaya yang mewakili Indonesia secara nasional[1]. Perlu dipisahkan nilai-nilai mana yang diterima secara nasional di Indonesia, dan mana yang merupakan karakter unik salah satu suku yang ada.

Bahasan dalam makalah ini dibatasi pada perbandingan budaya Indonesia dan Jepang dari segi-segi sbb. : “nama dan tanda tangan”, “cara pemakaian gesture untuk penghormatan kepada yang lebih tua/dihormati”.

2. Tradisi Pemilihan Nama dan Tanda Tangan

2.1 Tradisi penamaan di Jepang

Nama di Jepang terdiri dari dua bagian : family name dan first name. Nama ini harus dicatatkan di kantor pemerintahan (kuyakusho), selambat-lambatnya 14 hari setelah seorang bayi dilahirkan. Semua orang di Jepang kecuali keluarga kaisar, memiliki nama keluarga. Tradisi pemakaian nama keluarga ini berlaku sejak jaman restorasi Meiji, sedangkan di era sebelumnya umumnya masyarakat biasa tidak memiliki nama keluarga. Sejak restorasi meiji, nama keluarga menjadi keharusan di Jepang. Dewasa ini ada sekitar 100 ribu nama keluarga di Jepang, dan diantaranya yang paling populer adalah Satou dan Suzuki. Jika seorang wanita menikah, maka dia akan berganti nama keluarga, mengikuti nama suaminya. Namun demikian, banyak juga wanita karir yang tetap mempertahankan nama keluarganya. Dari survey yang dilakukan pemerintah tahun 1997, sekitar 33% dari responden menginginkan agar walaupun menikah, mereka diizinkan untuk tidak berganti nama keluarga [2]. Hal ini terjadi karena pengaruh struktur masyarakat yang bergeser dari konsep “ie”(家) dalam tradisi keluarga Jepang. Semakin banyak generasi muda yang tinggal di kota besar, sehingga umumnya menjadi keluarga inti (ayah, ibu dan anak), dan tidak ada keharusan seorang wanita setelah menikah kemudian tinggal di rumah keluarga suami. Tradisi di Jepang dalam memilih first name, dengan memperhatikan makna huruf Kanji, dan jumlah stroke, diiringi dengan harapan atau doa bagi kebaikan si anak.

2.2 Tradisi penamaan di Indonesia

Adapun masyarakat di Indonesia tidak semua suku memiliki tradisi nama keluarga. Masyarakat Jawa misalnya, tidak memiliki nama keluarga. Tetapi suku di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi memiliki nama keluarga. Dari nama seseorang, kita dapat memperkirakan dari suku mana dia berasal, agama apa yang dianut dsb. Berikut karakteristik nama tiap suku di Indonesia
Suku Jawa (sekitar 45% dari seluruh populasi) : biasanya diawali dengan Su (untuk laki-laki) atau Sri (untuk perempuan), dan memakai vokal “o”. Contoh : Sukarno, Suharto, Susilo, Joko, Anto, Sri Miranti, Sri Ningsih.
Suku Sunda(sekitar 14% dari seluruh populasi) : banyak yang memiliki perulangan suku kata. Misalnya Dadang, Titin, Iis, Cecep
Suku Batak : beberapa contoh nama marga antara lain Harahap, Nasution.
Suku Minahasa : beberapa contoh nama marga antara lain Pinontoan, Ratulangi.
Suku Bali : Ketut, Made, Putu, Wayan dsb. Nama ini menunjukkan urutan, bukan merupakan nama keluarga.

Selain nama yang berasal dari tradisi suku, banyak nama yang diambil dari pengaruh agama. Misalnya umat Islam : Abdurrahman Wahid, Abdullah, dsb. Sedangkan umat Katolik biasanya memakai nama baptis : Fransiskus, Bonivasius, Agustinus, dsb.

2.3 Perbandingan kedua tradisi

Persamaan antara kedua tradisi
Baik di Jepang maupun di Indonesia dalam memilih nama (first name) sering memilih kata yang mensimbolkan makna baik, sebagai doa agar si anak kelak baik jalan hidupnya. Khusus di Jepang, banyaknya stroke kanji yang dipakai juga merupakan
salah satu pertimbangan tertentu dalam memilih huruf untuk anak. Umumnya laki-laki di Jepang berakhiran “ro” (郎), sedangkan perempuan berakhiran “ko” (子)

Perbedaan antara kedua tradisi sbb.
Di Jepang, nama keluarga dimasukkan dalam catatan sipil secara resmi, tetapi di Indonesia nama keluarga ini tidak dicatatkan secara resmi di kantor pemerintahan. Nama family/marga tidak diperkenankan untuk dicantumkan di akta kelahiran
Di Jepang setelah menikah seorang wanita akan berganti nama secara resmi mengikuti nama keluarga suaminya. Sedangkan di Indonesia saat menikah, seorang wanita tidak berganti nama keluarga. Tapi ada juga yang nama keluarga suami dimasukkan di tengah, antara first name dan nama keluarga wanita, sebagaimana di suku Minahasa. Di Indonesia umumnya setelah menikah nama suami dilekatkan di belakang nama istri. Misalnya saja Prio Jatmiko menikah dengan Sri Suwarni, maka istri menjadi Sri Suwarni Jatmiko. Tetapi penambahan ini tidak melewati proses legalisasi/pencatatan resmi di kantor pemerintahan.
Huruf Kanji yang bisa dipakai untuk menyusun nama anak di Jepang dibatasi oleh pemerintah (sekitar 2232 huruf, yang disebut jinmeiyo kanji), sedangkan di Indonesia tidak ada pembatasan resmi untuk memilih kata yang dipakai sebagai nama anak

2.4 Pengalaman unik yang timbul akibat perbedaan budaya

Bagi orang Indonesia yg datang di Jepang, saat registrasi, misalnya membuat KTP sering ditanya mana yang family name, dan mana yang first name. Hampir setiap saat saya harus selalu menjelaskan perbedaan tradisi antara Indonesia dan Jepang, bahwa di Indonesia tidak ada keharusan memiliki family name. Umumnya hal ini dapat difahami dan tidak menimbulkan masalah. Tetapi adakalanya kami harus menentukan satu nama sebagai family name, misalnya saat menulis paper (artikel ilmiah resmi), atau untuk kepentingan pekerjaan. Saat itu saya terpaksa memakai nama “Nugroho” sebagai family name agar tidak mempersulit masalah administrasi. Demikian juga saat anak saya lahir, kami beri nama Kartika Utami Nurhayati. Nama anak saya walaupun panjang tidak ada satu pun yang merupakan nama keluarga. Tetapi saat registrasi, pihak pemerintah Jepang (kuyakusho) meminta saya untuk menetapkan satu nama yang dicatat sebagai keluarga, karena kalau tidak akan sulit dalam pengurusan administrasi asuransi. Akhirnya nama “Nurhayati” yang letaknya paling belakang saya daftarkan sebagai nama keluarga. Bagi orang Jepang hal ini akan terasa aneh, karena dalam keluarga kami tidak ada yang memiliki nama keluarga yang sama.

Masih berkaitan dengan nama, adalah masalah tanda tangan dan inkan (stempel). Di Indonesia dalam berbagai urusan adminstrasi formal sebagai tanda pengesahan, tiap orang membubuhkan tanda tangan. Tanda tangan ini harus konstan. Banyak orang yang memiliki tanda tangan berasal dari inisial nama, tetapi dengan cara penulisan yang unik yang membedakan dengan orang lain yang mungkin memiliki nama sama. Tanda tangan ini juga yang harus dibubuhkan di paspor saat seorang Indonesia akan berangkat ke Jepang. Tetapi begitu tiba di Jepang, tanda tangan yang semula memiliki peran penting, menjadi hilang perananannya. Tanda tangan di Jepang tidak memiliki kekuatan formal. Tradisi masyarakat Jepang dalam membubuhkan tanda tangan adalah dengan memakai inkan (stempel). Biasanya inkan ini bertuliskan nama keluarga. Ada beberapa jenis inkan yang dipakai di Jepang. Antara lain :
“Mitomein” (認印) dipakai untuk keperluan sehari-hari yang tidak terlalu penting, misalnya saat menerima barang kiriman, mengisi aplikasi.
“Jitsuin” (実印) dipakai untuk keperluan penting, seperti membeli rumah, membeli mobil. Inkan tipe ini harus dicatatkan di kantor pemerintahan.
“Ginkoin” (銀行印) dipakai untuk membuka rekening di bank

“Jitsuin” dan “ginkoin” sangat jarang dipakai dan harus disimpan baik-baik. Karena kalau hilang akan menimbulkan masalah serius dalam bisnis.

Bagi orang asing saat masuk ke Jepang harus membuat inkan. Untuk membuat rekening bank, kita tidak boleh memakai tanda tangan, dan harus memakai inkan. Kecuali yubinkyoku masih membolehkan pemakaian tanda tangan. Karena tidak punya kebiasaan tanda tangan, banyak maka orang Jepang kalau diminta untuk menanda tangan (di paspor misalnya), umumnya mereka menuliskan nama lengkap mereka dalam huruf kanji. Barangkali karena inilah maka kalau saya diminta seorang petugas pengiriman barang, untuk membubuhkan tanda tangan sebagai bukti terima, dia berkata “tolong tuliskan nama lengkap anda”, padahal itu di kolom signature. Sepertinya untuk mereka, tanda tangan sama dengan menulis nama lengkap.

3. Pemakaian gesture/gerak tubuh untuk memberikan penghormatan dan kasih sayang

Salah satu topik menarik untuk dibahas adalah bagaimana memakai bahasa tubuh untuk mengungkapkan penghormatan. Jepang dan Indonesia memiliki cara berlainan dalam mengekspresikan terima kasih, permintaan maaf, dsb.
Ojigi
Dalam budaya Jepang ojigi adalah cara menghormat dengan membungkukkan badan, misalnya saat mengucapkan terima kasih, permintaan maaf, memberikan ijazah saat wisuda, dsb. Ada dua jenis ojigi : ritsurei (立礼) dan zarei (座礼). Ritsurei adalah ojigi yang dilakukan sambil berdiri. Saat melakukan ojigi, untuk pria biasanya sambil menekan pantat untuk menjaga keseimbangan, sedangkan wanita biasanya menaruh kedua tangan di depan badan. Sedangkan zarei adalah ojigi yang dilakukan sambil duduk. Berdasarkan intensitasnya, ojigi dibagi menjadi 3 : saikeirei (最敬礼), keirei (敬礼), eshaku (会釈). Semakin lama dan semakin dalam badan dibungkukkan menunjukkan intensitas perasaan yang ingin disampaikan. Saikeirei adalah level yang paling tinggi, badan dibungkukkan sekitar 45 derajat atau lebih. Keirei sekitar 30-45 derajat, sedangkan eshaku sekitar 15-30 derajat. Saikeirei sangat jarang dilakukan dalam keseharian, karena dipakai saat mengungkapkan rasa maaf yang sangat mendalam atau untuk melakukan sembahyang. Untuk lebih menyangatkan, ojigi dilakukan berulang kali. Misalnya saat ingin menyampaikan perasaan maaf yang sangat mendalam. Adapun dalam budaya Indonesia, tidak dikenal ojigi.
Jabat tangan
Tradisi jabat tangan dilakukan baik di Indonesia maupun di Jepang melambangkan keramahtamahan dan kehangatan. Tetapi di Indonesia kadang jabat tangan ini dilakukan dengan merangkapkan kedua tangan. Jika dilakukan oleh dua orang yang berlainan jenis kelamin, ada kalanya tangan mereka tidak bersentuhan. Letak tangan setelah jabat tangan dilakukan, pun berbeda-beda. Ada sebagian orang yang kemudian meletakkan tangan di dada, ada juga yang diletakkan di dahi, sebagai ungkapan bahwa hal tersebut tidak semata lahiriah, tapi juga dari batin.
Cium tangan
Tradisi cium tangan lazim dilakukan sebagai bentuk penghormatan dari seorang anak kepada orang tua, dari seorang awam kepada tokoh masyarakat/agama, dari seorang murid ke gurunya. Tidak jelas darimana tradisi ini berasal. Tetapi ada dugaan berasal dari pengaruh budaya Arab. Di Eropa lama, dikenal tradisi cium tangan juga, tetapi sebagai penghormatan seorang pria terhadap seorang wanita yang bermartabat sama atau lebih tinggi. Dalam agama Katolik Romawi, cium tangan merupakan tradisi juga yang dilakukan dari seorang umat kepada pimpinannya (Paus, Kardinal). Di Jepang tidak dikenal budaya cium tangan.
Cium pipi
Cium pipi biasa dilakukan di Indonesia saat dua orang sahabat atau saudara bertemu, atau sebagai ungkapan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya dan sebaliknya. Tradisi ini tidak ditemukan di Jepang.
Sungkem
Tradisi sungkem lazim di kalangan masyarakat Jawa, tapi mungkin tidak lazim di suku lain. Sungkem dilakukan sebagai tanda bakti seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid kepada gurunya. Sungkem biasa dilakukan jika seorang anak akan melangsungkan pernikahan, atau saat hari raya Idul Fitri (bagi muslim), sebagai ungkapan permohonan maaf kepada orang tua, dan meminta doa restunya.

Baik budaya Jepang maupun Indonesia memiliki keunikan tersendiri dalam mengekspresikan rasa hormat, rasa maaf. Jabat tangan adalah satu-satunya tradisi yang berlaku baik di Jepang maupun Indonesia. Kesalahan yang sering terjadi jika seorang Indonesia baru mengenal budaya Jepang adalah saat melakukan ojigi, wajah tidak ikut ditundukkan melainkan memandang lawan bicara. Hal ini mungkin terjadi karena terpengaruh gaya jabat tangan yang lazim dilakukan sambil saling berpandangan mata. Kesalahan lain yang juga sering terjadi adalah mencampurkan ojigi dan jabat tangan. Hal ini juga kurang tepat dipandang dari tradisi Jepang.
4. Penutup

Perbandingan budaya antara Indonesia dan Jepang bermanfaat untuk mengetahui pola berfikir bangsa Indonesia dan bangsa Jepang. Salah satu kesulitan utamanya adalah perbedaan karakteristik kedua bangsa: bangsa Jepang relatif homogen, sedangkan bangsa Indonesia sangat heterogen. Karenanya, perbandingan akan lebih mudah jika difokuskan pada satu suku bangsa di Indonesia. Misalnya budaya Jepang dengan budaya Jawa Tengah, atau budaya Jepang dengan budaya Sunda. Hal ini menggiring kita pada pertanyaan berikutnya : apakah bangsa Indonesia memiliki budaya nasional ? Ataukah budaya nasional itu tidak lain adalah kumpulan dari warna-warni budaya suku bangsa kita ? Ini merupakan pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab, dan menarik untuk dianalisa lebih lanjut.

Hematnya Masarakat Jepang

•February 19, 2009 • Leave a Comment

hiyaaaaaaahhhhhhhhhhhhh….
masyarakat Jepang tu ya..

saking hidup hemat, mereka rela berjalan berkilo-kilo meter dari rumah hanya untuk mendapatkan kebutuhan rumah tangga dengan harga yang murah!!!
ckckckc….

nah, sekarang nie…coba kita liat deh…gimana mereka memperlakukan sampah…

what’s!!! junk!!! yup!
kaget pasti…ternyata saking begitru pentingnya kebersihan di Jepang…
tempat sampah pun ikut masuk dalam undang-undang pemerintahnya…
selain itu tempat-tempat smapahnya juga di kasih nama “empat sekawan”
mo bukti?
check this out!

Empat Sekawan

Awal melihatnya saya terkagum-kagum. Hebat!! Pikir saya. Hanya untuk membuang sampah disediakan tempat secantik ini? ckckck. Terpisah pisah pula. Benda yang saya beri nama Empat Sekawan ini adalah tempat sampah Jepang, yg berupa tempat sampah yg khusus memisahkan sampah terbakar (basah,plastik), tidak terbakar, kertas koran/majalah, kaleng/botol. Modelnya beragam, disesuaikan dengan kebutuhan. Yang di stasiun kereta api terbuat dari aluminium, terlihat keras, dan kuat. Yang di ruang kelas dari plastik, berukuran mungil, berwarna-warni. Yang untuk kebutuhan temporer seperti sampah di acara-acara festival, terbuat dari karton. Tapi, whenever it is, whatever it is for, si tempat sampah keren ini akan selalu setia bergandeng empat.

Membuang sampah

Si empat sekawan di atas adalah salah satu bukti penggalakan recycle di Jepang. Selain peraturan membuang sampah dimana sampah harus dimasukkan ke plastik khusus untuk dibuang. Plastik khusus ini dibuat berdasarkan undang-undang pemerintah, dan dijual di supermarket-supermarket. Plastiknya transparan, di bagian luarnya tertulis pemerintah kota X, jenis sampah, dll. Plastik untuk setiap jenis sampah(basah/terbakar, plastik, botol/kaleng, tidak terbakar) berlainan. Kalau sampah dibuang tanpa menggunakan plastik ini, maka sampah tsb tidak akan diangkut oleh mobil sampah.

Terbayang kan, repot dan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan hanya untuk ‘membuang’ sampah, harus beli 4 macam plastik, dan harus dipisah-pisahkan. Dan memang, biaya hidup bertambah dengan keharusan membeli plastik khusus ini yg harganya tidak bisa dibilang murah, tapi mungkin ini merupakan salah satu strategi pemerintah Jepang untuk mengurangi produksi sampah(Logikanya, buang sampah kan mahal, kurangi sampah ah, gitu).

Kebijakan penggunakan plastik sampah khusus ini tergantung dari pemerintah setempat. Karena itu, belum semua daerah di Jepang menggunakannya. Tetapi daerah-daerah tersebut tentu saja memiliki planning untuk sesegera mungkin menjalankan program tsb.

Sampah Basah

Sampah yg paling banyak dihasilkan rumahtangga mungkin sampah basah. Khusus ini, salah satu produsen alat-alat listrik Jepang menciptakan tempat sampah elektronik, yg langsung memproses sampah basah yg dimasukkan ke dalamnya menjadi pupuk kompos. Walaupun harganya lumayan mahal, dan bisa dikatakan belum terjangkau untuk keluarga berpenghasilan rata-rata, tapi penciptaan tempat sampah ini juga merupakan salah satu bukti usaha keras Jepang mengurangi sampah yang mesti dibuang ke alam.

Kisah Seorang Teman Jepang

Saya tinggal di asrama dengan orang-orang Jepang, dan kami menggunakan dapur bersama. Suatu hari, saya mendapati seorang teman mencuci piring lamaaa sekali. Kemudian saya dekati, dan saya tanya, “sedang apa?”. “Oh ini, sedang membersihkan minyak bekas pakai”,katanya. Saya perhatikan minyak bekas pakai itu dibersihkan dengan teliti menggunkan kertas koran tdk terpakai, dan dibuang ke jenis sampah terbakar. “Kenapa tidak dialirkan saja?kan praktis”,tanya saya lagi.”Oh, itu, saya pernah, waktu smp, belajar kalau untuk menetralkan beberapa mili minyak saja, dibutuhkan air bersih berliter-liter”. “Hebat”, saya memujinya.

Setelah itu yang saya pikirkan adalah, hebat juga anak Jepang, bahkan anak yg sedikit ‘tidak beres’(teman ini) serius memikirkan masalah lingkungan.

Tapi dengan cerita-cerita di atas, jangan sangka Jepang benar-benar bersih tanpa sampah sedikitpun, loh. Jepang juga punya sampah berserakan, dan punya masalah berat tentang sampah.

Shibuya dan angan-angan saya tentang Jepang

Waktu masih SMU, saya pernah membaca artikel tentang bagaimana bersihnya Jepang, dan bagaimana mereka benar-benar melakukan recycle. Sejak saat itu yang saya bayangkan tentang Jepang adalah negara bersih, sebersih-bersihnya, dan saya kemudian punya keinginan untuk mengunjungi negara bersih itu.

Lalu kemudian karena nasib, saya benar-benar bisa mengunjunginya. Saat tiba di Jepang, saya perhatikan jalan-jalan dari bandara ke asrama, dan hmm..hmm benar-benar bersih, pikir saya. Tapi kemudian saya kecewa saat ke Shibuya.

Shibuya adalah nama suatu tempat, yang bisa dikatakan teramai di Tokyo. Tempat mangkal anak-anak muda(cerita tentang Shibuya bisa dibaca di HIKARI edisi perdana). Pada hari kami(saya dan teman2) tiba di Jepang, kami diajak jalan-jalan oleh kakak-kakak senior, ‘melihat-lihat kota’ sekalian belanja kebutuhan sehari-hari.

Ceritanya saat berdiri menunggu lampu penyeberangan hijau, saya iseng-iseng melihat ke bawah(jalan dan pinggir-pinggir trotoar).Dan oh!!! ternyata ada sampah!Puntung rokoklah, bungkus permenlah, macam-macam.

Sejak hari itu image saya tentang Jepang sedikit berubah.

Cleaning Day

Asrama tampat tinggal saya punya program bersih-bersih yang diberi nama Cleaning Day. Dilaksanakan sebulan sekali, dan dikuti secara per kelompok kebersihan. Kami mengitari asrama, dan memungut sampah-sampah yang ada. Hasilnya? Sampah yang terpungut memang jarang, tapi ada. Itu menandakan bahwa sampah berserakan di Jepang itu masih ada.

Tempat Pembuangan Sampah dan Dream Island

Pertambahan sampah yang sangat besar terjadi setelah PDII. Dimana pemerintah Jepang khususnya wilayah Tokyo kemudian mengalami krisis tempat pembuangan sampah, sehingga di tahun 1957 menetapkan sebuah lokasi laut dangkal di Teluk Tokyo sebagai tempat pembuangan sampah, dan diberi nama yumenosima(dream island). Dalam waktu 10 tahun, dream island telah sampai pada batas daya tampungnya, dan menghasilkan sebuah pulau kecil yang terbuat dari sampah. Kemudian untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan timbunan sampah ini(bau, dsb), pemerintah Tokyo kemudian melakukan pembangunan, menjadikan pulau sampah tersebut benar-benar menjadi pulau mimpi spt namanya, dengan membangun taman, museum, pacuan kuda dsb. Saat ini, dream island menjadi salah satu pilihan tempat rekreasi masyarakat Tokyo dan sekitarnya.

Tempat pembuangan sampah adalah masalah utama yang dihadapi Jepang di bidang sampah. Dengan jumlah sampah setahun yang mencapai 140 kali Tokyo Dome(Tokyo Dome:stadion olahraga yang berdiri di atas tanah seluas 46.755 m2, dengan volum 1.240.000 m3 ),lokasi pembuangan sampah di seluruh Jepang diperkirakan hanya bisa menampung sampah sampai kurang lebih 13 tahun yang akan datang. Setelah itu sampah akan dibuang kemana? Bahkan orang Jepang sendiri belum menemukan jawabannya.

Seperti itulah, karena wilayah Jepang yang sempit, tidak ada lahan untuk membuang sampah. Dan karena itu, program recycle benar-benar dijalankan untuk mengurangi sampah, selain tujuan untuk penghematan sumber daya alam.

Mungkin

teman-teman berpikir, kenapa tidak membangun dream island-dream island yang lain sebagai solusinya? Tentu teman-teman bisa memikirkan, bahwa tidak mudah membangun sebuah dream island. Diperlukan teknologi tinggi, bagaimana agar sampah-sampah bisa membentuk pulau yang kuat, yang nantinya tidak akan bercerai- berai, bagaimana agar sampah-sampah yang ada tidak saling bereaksi menimbulkan zat-zat berbahaya, misalnya, dan bagaimana-bagaimana yang lain. Dan tentu saja, dibutuhkan biaya yang sangat tinggi.

Empat Sekawan

Awal melihatnya saya terkagum-kagum. Hebat!! Pikir saya. Hanya untuk membuang sampah disediakan tempat secantik ini? ckckck. Terpisah pisah pula. Benda yang saya beri nama Empat Sekawan ini adalah tempat sampah Jepang, yg berupa tempat sampah yg khusus memisahkan sampah terbakar (basah,plastik), tidak terbakar, kertas koran/majalah, kaleng/botol. Modelnya beragam, disesuaikan dengan kebutuhan. Yang di stasiun kereta api terbuat dari aluminium, terlihat keras, dan kuat. Yang di ruang kelas dari plastik, berukuran mungil, berwarna-warni. Yang untuk kebutuhan temporer seperti sampah di acara-acara festival, terbuat dari karton. Tapi, whenever it is, whatever it is for, si tempat sampah keren ini akan selalu setia bergandeng empat.

Membuang sampah

Si empat sekawan di atas adalah salah satu bukti penggalakan recycle di Jepang. Selain peraturan membuang sampah dimana sampah harus dimasukkan ke plastik khusus untuk dibuang. Plastik khusus ini dibuat berdasarkan undang-undang pemerintah, dan dijual di supermarket-supermarket. Plastiknya transparan, di bagian luarnya tertulis pemerintah kota X, jenis sampah, dll. Plastik untuk setiap jenis sampah(basah/terbakar, plastik, botol/kaleng, tidak terbakar) berlainan. Kalau sampah dibuang tanpa menggunakan plastik ini, maka sampah tsb tidak akan diangkut oleh mobil sampah.

Terbayang kan, repot dan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan hanya untuk ‘membuang’ sampah, harus beli 4 macam plastik, dan harus dipisah-pisahkan. Dan memang, biaya hidup bertambah dengan keharusan membeli plastik khusus ini yg harganya tidak bisa dibilang murah, tapi mungkin ini merupakan salah satu strategi pemerintah Jepang untuk mengurangi produksi sampah(Logikanya, buang sampah kan mahal, kurangi sampah ah, gitu).

Kebijakan penggunakan plastik sampah khusus ini tergantung dari pemerintah setempat. Karena itu, belum semua daerah di Jepang menggunakannya. Tetapi daerah-daerah tersebut tentu saja memiliki planning untuk sesegera mungkin menjalankan program tsb.

Sampah Basah

Sampah yg paling banyak dihasilkan rumahtangga mungkin sampah basah. Khusus ini, salah satu produsen alat-alat listrik Jepang menciptakan tempat sampah elektronik, yg langsung memproses sampah basah yg dimasukkan ke dalamnya menjadi pupuk kompos. Walaupun harganya lumayan mahal, dan bisa dikatakan belum terjangkau untuk keluarga berpenghasilan rata-rata, tapi penciptaan tempat sampah ini juga merupakan salah satu bukti usaha keras Jepang mengurangi sampah yang mesti dibuang ke alam.

Kisah Seorang Teman Jepang

Saya tinggal di asrama dengan orang-orang Jepang, dan kami menggunakan dapur bersama. Suatu hari, saya mendapati seorang teman mencuci piring lamaaa sekali. Kemudian saya dekati, dan saya tanya, “sedang apa?”. “Oh ini, sedang membersihkan minyak bekas pakai”,katanya. Saya perhatikan minyak bekas pakai itu dibersihkan dengan teliti menggunkan kertas koran tdk terpakai, dan dibuang ke jenis sampah terbakar. “Kenapa tidak dialirkan saja?kan praktis”,tanya saya lagi.”Oh, itu, saya pernah, waktu smp, belajar kalau untuk menetralkan beberapa mili minyak saja, dibutuhkan air bersih berliter-liter”. “Hebat”, saya memujinya.

Setelah itu yang saya pikirkan adalah, hebat juga anak Jepang, bahkan anak yg sedikit ‘tidak beres’(teman ini) serius memikirkan masalah lingkungan.

Tapi dengan cerita-cerita di atas, jangan sangka Jepang benar-benar bersih tanpa sampah sedikitpun, loh. Jepang juga punya sampah berserakan, dan punya masalah berat tentang sampah.

Shibuya dan angan-angan saya tentang Jepang

Waktu masih SMU, saya pernah membaca artikel tentang bagaimana bersihnya Jepang, dan bagaimana mereka benar-benar melakukan recycle. Sejak saat itu yang saya bayangkan tentang Jepang adalah negara bersih, sebersih-bersihnya, dan saya kemudian punya keinginan untuk mengunjungi negara bersih itu.

Lalu kemudian karena nasib, saya benar-benar bisa mengunjunginya. Saat tiba di Jepang, saya perhatikan jalan-jalan dari bandara ke asrama, dan hmm..hmm benar-benar bersih, pikir saya. Tapi kemudian saya kecewa saat ke Shibuya.

Shibuya adalah nama suatu tempat, yang bisa dikatakan teramai di Tokyo. Tempat mangkal anak-anak muda(cerita tentang Shibuya bisa dibaca di HIKARI edisi perdana). Pada hari kami(saya dan teman2) tiba di Jepang, kami diajak jalan-jalan oleh kakak-kakak senior, ‘melihat-lihat kota’ sekalian belanja kebutuhan sehari-hari.

Ceritanya saat berdiri menunggu lampu penyeberangan hijau, saya iseng-iseng melihat ke bawah(jalan dan pinggir-pinggir trotoar).Dan oh!!! ternyata ada sampah!Puntung rokoklah, bungkus permenlah, macam-macam.

Sejak hari itu image saya tentang Jepang sedikit berubah.

Cleaning Day

Asrama tampat tinggal saya punya program bersih-bersih yang diberi nama Cleaning Day. Dilaksanakan sebulan sekali, dan dikuti secara per kelompok kebersihan. Kami mengitari asrama, dan memungut sampah-sampah yang ada. Hasilnya? Sampah yang terpungut memang jarang, tapi ada. Itu menandakan bahwa sampah berserakan di Jepang itu masih ada.

Tempat Pembuangan Sampah dan Dream Island

Pertambahan sampah yang sangat besar terjadi setelah PDII. Dimana pemerintah Jepang khususnya wilayah Tokyo kemudian mengalami krisis tempat pembuangan sampah, sehingga di tahun 1957 menetapkan sebuah lokasi laut dangkal di Teluk Tokyo sebagai tempat pembuangan sampah, dan diberi nama yumenosima(dream island). Dalam waktu 10 tahun, dream island telah sampai pada batas daya tampungnya, dan menghasilkan sebuah pulau kecil yang terbuat dari sampah. Kemudian untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan timbunan sampah ini(bau, dsb), pemerintah Tokyo kemudian melakukan pembangunan, menjadikan pulau sampah tersebut benar-benar menjadi pulau mimpi spt namanya, dengan membangun taman, museum, pacuan kuda dsb. Saat ini, dream island menjadi salah satu pilihan tempat rekreasi masyarakat Tokyo dan sekitarnya.

Tempat pembuangan sampah adalah masalah utama yang dihadapi Jepang di bidang sampah. Dengan jumlah sampah setahun yang mencapai 140 kali Tokyo Dome(Tokyo Dome:stadion olahraga yang berdiri di atas tanah seluas 46.755 m2, dengan volum 1.240.000 m3 ),lokasi pembuangan sampah di seluruh Jepang diperkirakan hanya bisa menampung sampah sampai kurang lebih 13 tahun yang akan datang. Setelah itu sampah akan dibuang kemana? Bahkan orang Jepang sendiri belum menemukan jawabannya.

Seperti itulah, karena wilayah Jepang yang sempit, tidak ada lahan untuk membuang sampah. Dan karena itu, program recycle benar-benar dijalankan untuk mengurangi sampah, selain tujuan untuk penghematan sumber daya alam.

Mungkin

teman-teman berpikir, kenapa tidak membangun dream island-dream island yang lain sebagai solusinya? Tentu teman-teman bisa memikirkan, bahwa tidak mudah membangun sebuah dream island. Diperlukan teknologi tinggi, bagaimana agar sampah-sampah bisa membentuk pulau yang kuat, yang nantinya tidak akan bercerai- berai, bagaimana agar sampah-sampah yang ada tidak saling bereaksi menimbulkan zat-zat berbahaya, misalnya, dan bagaimana-bagaimana yang lain. Dan tentu saja, dibutuhkan biaya yang sangat tinggi.

 

Thursday, february 19th 2009. Budaya Baca Masyarakat Jepang

•February 19, 2009 • Leave a Comment

Sebenarnya ni…pengen tau aja, gimana si…minat baca orang Jepang.

aku coba search gimana mereka membudayakan membaca dalam masyarakat…

walaupun, ni content aku paste juga dari beberapa blog…

sangkyu iiaaahhhh…^^

Melongok Budaya Baca dan Tulis Masyarakat Jepang
Maret 12, 2007 oleh tsabitah

Sampai saat ini, Jepang adalah satu-satunya negara di Asia yang mempunyai kedudukan sejajar dalam iptek dan perekonomian dengan raksasa dunia seperti Amerika. Tak heran, jika perdana mentri Malaysia Mahatir Muhammad, menjadikan Jepang sebagai kiblat pengembangan iptek ketimbang barat. Cerita mengenai kehebatan Jepang dapat bangkit dengan cepat dari puing-puing kekalahan perang dunia kedua, menginspirasi banyak negara di Asia seperti Cina dan Korea Selatan untuk dapat menjadi seperti Jepang. Sifat dasar orang Jepang memang tekun dan pekerja keras. Selain itu rata-rata dari mereka mempunyai keinginan untuk selalu belajar dan selalu memperbaiki hasil kerja mereka. Mungkin sifat-sifat dasar ini menjadi salah satu pendukung kehebatan masyarakat Jepang dalam membangun negaranya. Keinginan untuk selalu belajar ini tercermin pada tingginya budaya baca dan tulis masyarakat Jepang.

Banyaknya fasilitas membaca, surga buat penggemar buku

Menurut data dari bunkanews (situs khusus tentang media massa berbahasa Jepang), jumlah toko buku di Jepang adalah sama dengan jumlah toko buku di Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah dua puluh enam kali lebih luas dan berpenduduk dua kali lebih banyak daripada Jepang. Karena itu, data ini menunjukkan bahwa toko buku sangat banyak di Jepang, mudah dijangkau, dan berada sangat dekat dengan masyarakat Jepang. Sebuah kelebihan yang membuat bahagia para konsumen buku dan penerbit tentunya. Juga menunjukkan tingginya apresiasi masyarakat terhadap budaya membaca.

Toko buku yang ada tak melulu toko buku baru.

Masih menurut bunkanews, toko buku bekas atau toko buku tua menempati presentase sepertiga jumlah toko buku. Artinya, jumlah toko buku bekas adalah separuh jumlah toko buku baru. Keberadaan toko buku bekas ini sangat menolong konsumen buku, karena mereka bisa mendapatkan buku yang mereka inginkan dengan harga yang jauh lebih murah dan terjangkau. Bahkan terkadang, kita bisa mendapatkan buku-buku tua yang sangat bernilai namun sudah tak lagi diterbitkan. Toko-toko buku ini berani untuk buka sampai larut malam, lebih malam dari departemen store maupun supermarket. Mengapa demikian? Karena kaki para konsumen buku terus mengalir sampai malam. Banyak di antara mereka yang dating hanya untuk sekedar “tachi yomi” (artinya membaca sambil berdiri di toko buku tanpa membeli) melepas kebosanan di malam hari. Tachiyomi sekilas tampaknya hanya merusak pemandangan toko. Namun ternyata oplag penjualan berbanding lurus dengan jumlah orang yang tachiyomi. Artinya, ada kencenderungan sehabis tachiyomi orang tergerak untuk membeli bacaan lainnya. Selain toko buku, perpustakan pun sangat mudah kita temui di sekitar kita. Di daerah pedesaan, biasanya, perpustakaan ini dikelola oleh pemerintah daerah setingkat kecamatan di Indonesia. Keberadaannya mudah dijangkau oleh masyarakat pedesaan. Sebab itu, meskipun di pedesaan buku bukanlah barang mahal yang sulit di dapat. Rata-rata orang Jepang gemar membaca, atau paling tidak, gemar mencari informasi -yang tampak remeh sekalipun- dari orang lain. Bahkan banyak para artis yang mempunyai hobi membaca. Kecenderungan ini dipakai oleh para penerbit sebagai ajang promosi buku-buku mereka di televisi.Di salah satu televisi swasta ada acara yang disebut acara “toko buku Sekiguchi”. Dalam acara ini para artis atau pelawak mempresentasikan referensi suatu buku, sedangkan artis lain yang hadir diminta untuk membeli berdasarkan kesan mereka terhadap presentasi tersebut dari kocek mereka sendiri. Acara ini sangat membantu bagi penggemar buku yang sibuk dan tak sempat berlama-lama di toko buku. Penonton bisa melihat referensi yang divisualisasikan dalam layar TV dan memesan lewat internet atau telpon jika tertarik untuk membeli. Mirip sebuah “televisi shopping”, namun yang dipromosikan adalah buku. Ketika kita masuk ke sebuah toko buku, biasanya ada beberapa hal khas yang kita jumpai. Pertama, biasanya buku-buku bacaan di Jepang, seperti novel, kumpulan essai, ataupun ilmiah populer didesain dalam ukuran kecil, ringan, dan mudah dibawa kemana-mana. Sehingga kita tidak enggan membawa buku tersebut baik ketika dalam perjalanan ke kantor ataupun berbelanja. Orang yang membaca buku (tentu juga komik ataupun majalah) akan sangat mudah kita temui di bis-bis kota ataupun di kereta-kereta listrik. Kedua, kita akan susah mendapatkan buku-buku berbahasa Inggris di toko-toko buku Jepang pada umumnya. Ini karena, para penerbit Jepang sangat memperhatikan penerjemahan buku-buku hasil karya penulis dari negara-negara lain. Bahkan banyak kasus buku best seller yang diterbitkan di negara lain diterbitkan pula terjemahannya di Jepang dalam waktu yang hampir berbarengan, seperti buku Harry Potter yang ngetop di Amerika itu. Ini tentu saja karunia bagi masyarakat Jepang khususnya para penggemar buku. Mereka bias menikmati hasil karya penulis-penulis beken negara lain dalam bahasa mereka sendiri. Suatu karunia yang kita pikir hanya dipunyai oleh negara-negara berbahasa Inggris, seperti Amerika atau sebagian Negara Eropa. Hanya toko-toko besar tertentu (dan biasanya di daerah perkotaan) yang menyediakan buku-buku impor berbahasa Inggris dan bukan terjemahannya.

Mengarang Sejak Kanak-Kanak

Budaya baca masyarakat Jepang yang tinggi ini tentu saja merupakan efek timbal balik dari tingginya budaya tulis mereka. Ada konsumen karena ada produsen, ada produsen karena ada konsumen. Budaya tulis Jepang sudah ditekankan sejak mereka sekolah dasar. Anak-anak SD biasanya selalu mempunyai tugas “sakubun” (artinya mengarang) dalam waktu-waktu tertentu. Misalnya, ketika mereka libur musim panas,musim dingin, atau libur kenaikan kelas, selalu ada tugas sakubun tentang apa yang mereka kerjakan, rasakan, dan alami selama liburan. Atau, ketika hari-hari tertentu, hari ayah atau hari ibu, murid-murid SD ditugaskan untuk membuat sakubun tentang ayah dan ibu mereka. Kesan mereka terhadap ayah dan ibu mereka masing-masing ditulis dalam bentuk sakubun, lalu hasil karangan tersebut mereka presentasikan di depan kelas. Ketika mereka akan lulus SD, mereka ditugaskan untuk mengarang tentang impian (cita-cita) mereka ketika mereka dewasa kelak. Tentu saja tulisan mereka ini didokumetasikan dalam bentuk buku dan disimpan dengan baik oleh pihak sekolah. Sehingga mereka bisa bernostalgia dengan impian masa kanak-kanak mereka, ketika mereka bereuni setelah dewasa dan membaca sakubun mereka ketika sekolah dasar.
Maka tak heran, jika rata-rata anak Jepang pandai mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan lewat rangkaian kata-kata. Ditambah lagi, karena bahasa Jepang adalah bahasa yang dibangun bukan berdasarkan huruf melainkan karakter gambar (yaitu kanji). Ini menjadikannya sangat kaya dengan ungkapan dan nuansa dan sangat ekspresif untuk bahasa sastra tulis. Sebagai contoh, kata “berpikir”. Biasanya, orang Jepang menggunakan karakter atau kanji yang berbeda untuk berpikir yang menggunakan akal seperti dalam kalimat: “Berpikir tentang kejadian alam semesta”, dengan berpikir yang menggunakan perasaan seperti dalam kalimat “Berpikir tentang mu membuat saya terkenang-kenang masa lalu”. Masih banyak lagi contoh lainnya.

Siapa Saja bisa Jadi Penulis

Tingginya budaya tulis masyarakat Jepang juga dikarenakan mereka adalah “learning society”, yaitu masyarakat yang senang belajar dan ingin well informed. Rata-rata dari orang Jepang senang untuk mencoba mensistemasikan segala informasi yang mereka dapatkan dan mendokumentasikannya menjadi pengetahuan praktis yang bermanfaat buat diri sendiri maupun orang lain. Siapapun, apapun profesinya dapat menjadi penulis amatiran dan menerbitkan buku yang dapat menjadi informasi untuk orang lain. Dari ibu rumah tangga biasa sampai kalangan artis sangat mudah membuat buku ataupun tulisan. Tidak berlebihan jika banyak dari orang Jepang yang punya keinginan untuk menulis buku tentang diri mereka sendiri (otobiografi) sebelum mereka meninggal, sebagai “jejak” atau “tanda” mereka pernah hidup di dunia ini. Ada seorang ibu rumah tangga yang mengalami pindah rumah beberapa kali, dan dari pengalamannya tersebut dia menulis sebuah buku tentang pindah rumah yang efisien sekaligus menyenangkan. Juga dari pengalaman, ada ibu rumah tangga yang menulis satu buku tentang kiat-kiat untuk memutuskan membuang atau menyimpan suatu barang. Hal-hal yang mereka tulis memang tampak sepele, tapi hal-hal tersebut terkadang menjadi penting dan bermanfaat pada saat-saat tertentu. Sehingga penerbit berani menerbitkan tulisan mereka dan dilirik oleh konsumen di toko buku. Contoh lain adalah seorang artis yang terkena kanker rahim di saat hamil, sehingga dia harus menggugurkan kandungannya untuk penyembuhan kankernya dan kelangsungan hidupnya. Sang artis menulis perjuangannya melawan kanker, menyampaikan tentang apa yang dia rasakan, pikirkan, dan alami dalam satu buku. Buku ini memang buku seorang penulis “amatiran” namun sarat dengan pesan-pesan untuk para ibu dan penyemangat wanita-wanita yang mempunyai penderitaan yang sama. Masih banyak lagi contoh lain yang Menggamba rkan betapa menulis dan menerbitkan buku bukanlah hak khusus penulis profesional belaka dalam masyarakat Jepang. Tetapi adalah hak semua orang yang ingin menyampaikan pengetahuannya, pesannya, dan keberadaannya kepada orang lain.
Budaya baca dan tulis masyarakat Jepang nampaknya juga tak bisa dipisahkan dari keberadaan komik, yaitu buku cerita fiksi bergambar. Bisa dikatakan Jepang adalah masyarakat yang kaya akan komik. Berbagai jenis komik akan mudah kita dapatkan di toko-toko buku bahkan convinient store 24 jam. Ada komik humor, komik cerita imajinasi, atau komik yang erat dengan pendidikan. Bahkan film-film kartun Jepang hampir seluruhnya (juga yang diputar di Indonesia sekarang ini) adalah berasal dari karya komik. Ada seorang sosiologi yang mengatakan, bahwa orang asing bisa belajar tentang representative masyarakat Jepang lewat salah satu komik Jepang yang telah dianimasikan seperti “Keluarga Sazae”. Komik film ini sudah diproduksi sampai puluhan ribu seri sejak puluhan tahun lalu dan menggambarkan sebuah keluarga Jepang dua abad keturunan, abad, orang tua, dan kakek nenek. Tokoh-tokoh kartun ini berkembang dari tokoh utama (Sazae) kecil sampai dia menikah dan mempunyai anak. Sayang, Pertum buhan sang tokoh berhenti sampai di situ. Walaupun demikian, pembuat komik “Keluarga Sazae” pun dimasukkan dalam daftar sastrawan Jepang yang memberikan kontribusi besar pada pendidikan masyarakat Jepang. Karena itu, imej komik di Jepang tidaklah melulu buruk, bahkan dihargai keberadaannya dalam budaya tulis dan baca di masyarakat Jepang.
Begitulah masyarakat negara matahari terbit ini. Kita dapat melihat bahwa budaya tulis dan baca mereka yang tinggi didorong oleh besarnya apresiasi mereka terhadap hasil karya orang lain, hasil proses kreatif orang lain, juga besarnya keinginan mereka untuk berbagi informasi dengan orang lain dan mengekspresikan diri. Mudah-mudahan Beberapa tahun kedepan, suatu masyarakat dengan kecenderungan yang sama akan kita jumpai di tanah air.
Semoga dapat bermanfaat dan juga dapat menarik minat baca anda. Terima kasih.